Kontroversi Kenaikan Kelas Siswa SMAN dan SMKN Banyuwangi: Cabdin Banyuwangi Ngapain Aja?

Kontroversi Kenaikan Kelas Siswa SMAN dan SMKN Banyuwangi: Cabdin Banyuwangi Ngapain Aja?

Kabarjatim.netKabar mengejutkan datang dari dunia pendidikan di Kabupaten Banyuwangi. Pasalnya, pada akhir tahun ajaran 2022/2023 ini, puluhan siswa di sejumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) Kabupaten Banyuwangi tidak naik kelas alias tinggal kelas.

Usai menjalani kegiatan belajar mengajar (KBM) serta ujian kenaikan kelas dan tiba saatnya penerimaan laporan hasil belajar (LHB). Ada sekitar 50 siswa yang tersebar di berbadai SMAN dan SMKN di Banyuwangi tidak naik kelas lantaran tidak memenuhi syarat naik kelas

Salah satu satuan pendidikan SMKN 1 Glagah Banyuwangi banyak yang tidak naik. Kepala SMKN 1 Glagah Panuri mengatakan bahwa siswa SMKN 1 Glagah yang dinyatakan tidak naik kelas kurang lebih dua puluhan orang. Dimana siswa tersebut terdiri dari siswa kelas X dan kelas XI.

Waspadai Bahaya! Mengganti Rangka Motor Bisa Berujung Pidana

“Siswa tersebut tidak naik kelas karena dinilai tidak memenuhi kriteria kenaikan kelas dan itu memang hasil dari pembelajaran siswa tersebut,” ujar Panuri belum lama ini kepada awak media.

Menurutnya, banyak hal yang dinilai terkait kriteria agar siswa bisa naik kelas, juga ada item-item yang harus dipenuhi oleh siswa, diantaranya, pengetahuan, sikap, kehadiran serta pengetahuan pun ada pula pedomannya.

Lebih lanjut Panuri menjelaskan jika pihaknya sudah berupaya melakukan pendekatan dan pembinaan kepada siswa tersebut akan tetapi itulah hasilnya.

Dan apa yang sudah dilakukan sekolah dengan segala upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, agar siswa yang tidak memenuhi kreteria bisa dinaikkan akan tetapi memang belum memenuhi standar.

“Kita sudah adakan rapat bersama majelis guru, tapi itulah hasilnya, mereka cuma hanya pindah sekolah,” katanya lagi.

Mahasiswa Unej KKN Kelompok 183 Melakukan Pendampingan Pembudidayaan Maggot di Desa Klanting

Pesan serupa disampaikan oleh Ahmadi dari Aliansi Rakyat Marginal Banyuwangi (AREM-BWI). Tidak hanya itu, fenomena “tinggal kelas” juga menjangkiti beberapa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Banyuwangi, di mana puluhan siswa terpaksa mengulang tahun pelajaran.

Jumlah total siswa yang mengalami nasib serupa mencapai lima puluhan di berbagai SMAN, dan ini belum termasuk di sektor pendidikan swasta. Ahmadi menegaskan hal ini dengan tegas.

“Ada lima puluhan siswa tinggal kelas di berbagai satuan pendidikan SMAN di banyuwangi , ini belum yang dari SMKN”

Fenomena banyaknya siswa SMKN dan SMAN di Banyuwangi merupakan tamparan keras buruknya pengelolaan pendidikan di Cabdin Wilayah Banyuwangi yang menangani SMA SMK PKPLK.

PMT Jatim Gelar FGD Geoheritage Tulungagung dengan Brida, BAPPEDA, Dinas Pariwisata, Kepala Desa, dan Pokdarwis

Hal ini menimbulkan kegelisahan di kalangan anggota masyarakat dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Kawah Ijen (YLBHKI).

Ketua YLBHKI Uyun Sadewa mengatakan bahwa “banyaknya siswa yang tidak naik menunjukkan Kepala Sekolah, Guru dan Cabdin Wilayah Banyuwangi tidak cakap dalam mengurus pendidikan demi kemaslahatan umat, orang tua susah payah menyekolahkan anak, ujung – ujungnya tidak naik kelas” tegasnya.

Lebih lanjut Uyun Sadewa mejelaskan bahwa Kacabdin Wil Banyuwangi Zaenuri saat akan di temui selalu tidak ada di kantor dengan bebagai alasan. “ Kacabdin Banyuwangi jarang di kantor dan tidak kooperatif untuk melayani masyarakat” geram Uyun Sadewa.***

2 tanggapan pada “Kontroversi Kenaikan Kelas Siswa SMAN dan SMKN Banyuwangi: Cabdin Banyuwangi Ngapain Aja?”

  1. Pingback: Prestasi Santri Pesantren SHOFA MARWA: Raih 2 Medali Emas dan 2 Medali Perunggu dalam Kejuaraan Martial Art Championship - Kabar Jatim

Tinggalkan Balasan