
Kabarjatim.net – Dalam sesi debat terbuka Dewan Keamanan PBB, Retno Marsudi, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, menekankan pentingnya tindakan segera untuk menghentikan eskalasi konflik Israel-Palestina yang tengah berkecamuk di Gaza dan menghadapi krisis kemanusiaan yang semakin memprihatinkan.
Dengan tegas, Retno Marsudi menyatakan bahwa setiap detik yang terbuang tanpa tindakan nyata dari Dewan Keamanan akan berdampak mengerikan bagi warga Palestina yang tengah menderita di Gaza.
Pada kesempatan tersebut, Indonesia juga mengutuk keras kelanjutan agresi Israel terhadap warga sipil di Gaza.
Menteri Luar Negeri RI juga mengajukan pertanyaan kapan Dewan Keamanan akan mengambil langkah konkret untuk menghentikan perang, mencapai gencatan senjata, memastikan akses bantuan kemanusiaan yang lebih luas, menyerukan pembebasan warga sipil yang terjebak, dan menghentikan pendudukan ilegal yang telah berlangsung dalam konflik tersebut.
Waspadai Bahaya! Mengganti Rangka Motor Bisa Berujung Pidana
Sementara itu, data dari Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menyebutkan bahwa sampai tanggal 24 Oktober 2023, setidaknya 5.791 warga Palestina tewas dalam agresi pasukan Israel yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023, dengan ribuan lainnya terluka.
Pasukan Israel juga dilaporkan melakukan beberapa pembantaian dengan jumlah korban jiwa yang signifikan.
Setelah Hamas meluncurkan ribuan roket ke Israel sebagai respons terhadap tindakan provokatif Israel di situs suci Yerusalem dan penahanan warga Palestina, Israel merespons serangan tersebut dengan meluncurkan Operasi Pedang Besi yang bertujuan untuk menyerang infrastruktur Hamas di Jalur Gaza.
Konflik ini memuncak di Gaza, wilayah Palestina yang telah lama menjadi fokus konflik antara Israel dan Palestina. Upaya internasional, termasuk yang dilakukan oleh Indonesia melalui Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), ASEAN, dan pertemuan ASEAN-GCC, dilakukan dengan tujuan untuk mendesak agar kekerasan dihentikan dan memfokuskan perhatian pada isu kemanusiaan yang mendesak.
Konflik antara Palestina dan Israel tidak bersumber dari konflik agama, sebagaimana dijelaskan oleh Septifa Leiliano Ceria, seorang dosen di Prodi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Dalam sejarahnya, Kota Yerusalem pernah menjadi tempat yang damai dan rukun bagi penduduk yang beragama Islam, Yahudi, dan Kristen. Konflik semakin meningkat setelah runtuhnya Kesultanan Utsmani dan penjajahan Inggris di wilayah tersebut.
Selain itu, dampak Perang Dunia I dan imigrasi etnis Yahudi ke Yerusalem yang dipicu oleh janji Inggris untuk memberikan mereka wilayah di Palestina, memperburuk situasi.
Menurut Septifa, penyelesaian konflik memerlukan negosiasi dan kesepakatan antara pihak-pihak terkait, termasuk Arab Saudi, Iran, Amerika, dan Israel. Kesepakatan ini bisa mencakup hak asasi warga Palestina dan penetapan batas wilayah yang jelas antara Palestina dan Israel.
Isu kemanusiaan juga perlu mendapat perhatian, dan negara seperti Indonesia bisa memberikan bantuan berupa logistik makanan, pengobatan, dan pendidikan bagi korban konflik. Dalam konteks ini, Septifa menekankan pentingnya menyelesaikan konflik secara damai dan fokus pada isu-isu kemanusiaan (UMM, 2023).
Konflik Israel-Palestina adalah salah satu konflik yang telah berlangsung selama beberapa dekade dan telah menyebabkan penderitaan yang tak terhitung jumlahnya bagi warga sipil di wilayah tersebut.
INOVATIF-KREATIF SOLIDPodcast SMKN 2 Jember Di Launching KACABDIN WILAYAH JEMBER
Situasi ini tidak hanya menciptakan ketegangan geopolitik, tetapi juga telah menciptakan krisis kemanusiaan yang mendalam. Penting bagi komunitas internasional untuk memandang konflik ini dari perspektif kemanusiaan dan mencari solusi yang memprioritaskan kepentingan dan hak-hak manusia.
Pertama-tama, konflik ini telah menyebabkan penderitaan besar bagi warga sipil, terutama di Gaza. Serangan militer, pemboman, dan pertempuran telah mengakibatkan ribuan kematian dan luka-luka, dengan sebagian besar korban adalah warga sipil yang tidak terlibat dalam konflik.
Banyak di antara mereka adalah anak-anak yang menjadi korban kekejaman perang. Kemanusiaan menuntut perlindungan terhadap warga sipil yang tidak bersalah, dan konflik ini telah gagal memberikan perlindungan yang memadai.
Selain itu, pembatasan-pembatasan ekonomi dan blokade yang diterapkan di Gaza telah mengakibatkan krisis kemanusiaan yang parah. Warga Gaza kesulitan mendapatkan akses ke makanan, air bersih, perawatan medis, dan layanan dasar lainnya.
Hal ini menciptakan kondisi hidup yang sangat sulit dan tidak manusiawi. Kemanusiaan menuntut bahwa warga sipil harus diberikan akses yang memadai terhadap kebutuhan dasar mereka.
Selain dampak langsung pada warga sipil, konflik ini juga menciptakan trauma yang mendalam, terutama pada anak-anak. Anak-anak yang hidup di zona konflik ini mengalami tingkat stres dan kecemasan yang tinggi, yang dapat berdampak jangka panjang pada perkembangan mereka.
Suhu Bumi Panas! Bumi Semakin Dekat Dengan Matahari?
Kemanusiaan menuntut perlindungan dan perhatian khusus terhadap anak-anak yang menjadi korban konflik.
Untuk mengatasi krisis kemanusiaan ini, komunitas internasional perlu bekerja sama dalam mengupayakan gencatan senjata yang berkelanjutan dan mendukung akses bantuan kemanusiaan ke wilayah yang terdampak.
Selain itu, perlu ada tekanan diplomatis yang kuat untuk mencapai solusi politik yang berkelanjutan dalam konflik ini.
Indonesia, sebagai negara yang terlibat dalam isu ini, telah berupaya untuk membawa isu kemanusiaan ini ke forum internasional, seperti Dewan Keamanan PBB.
Langkah-langkah seperti ini perlu didukung, dan negara-negara lain juga harus bersatu untuk mengatasi krisis kemanusiaan ini.
Kesimpulannya, konflik Israel-Palestina adalah tragedi kemanusiaan yang telah berlangsung terlalu lama dan harus segera diselesaikan. Kemanusiaan harus menjadi fokus utama dalam penanganan konflik ini.
Upaya untuk melindungi warga sipil, mengatasi krisis kemanusiaan, dan mendukung perdamaian yang berkelanjutan harus terus dilakukan oleh seluruh komunitas internasional. Hanya dengan mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan, kita dapat berharap untuk mengakhiri penderitaan yang telah berlangsung selama terlalu lama di wilayah ini.***
Referensi Sumber:
UMM. “Pakar UMM: Konflik Palestina & Israel Bukan karena Agama, Tapi…,” Oktober, 26 2023. [Online] https://www.umm.ac.id/id/arsip-koran/detikedu/pakar-umm-konflik-palestina-israel-bukan-karena-agama-tapi.html [Diakses pada 4 November 2023]
Eko Budiono. Info Publik, “Atasi Krisis Kemanusiaan, RI Serukan Penghentian Konflik Palestina-Israel,” Oktober, 26 2023. [Online] https://infopublik.id/kategori/nasional-politik-hukum/790378/atasi-krisis-kemanusiaan-ri-serukan-penghentian-konflik-palestina-israel [Diakses pada 4 November 2023]